Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan* seluruh tubuh
mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. “ (Q.S Al-Ahzab: 59)
Subhanallah! Membaca senandung Ayat Cinta di atas, sungguh sangat luar biasa akan arti pentingnya sebuah Jilbab (kudung). Ternyata jilbab bukan hanya sekedar berfungsi sebagai penutup aurat, tetapi juga agar kaum Hawa itu mudah dikenal dan tidak diganggu oleh kaum Adam.
Subhanallah! Membaca senandung Ayat Cinta di atas, sungguh sangat luar biasa akan arti pentingnya sebuah Jilbab (kudung). Ternyata jilbab bukan hanya sekedar berfungsi sebagai penutup aurat, tetapi juga agar kaum Hawa itu mudah dikenal dan tidak diganggu oleh kaum Adam.
masuknya Islam sekitar 1300 tahun yang lalu ke Nusantara, kerudung sebagai busana Muslimah yang kini menjadi pemandangan sehari-hari adalah fenomena baru di Indonesia. Busana Muslimah sebagai sebuah gejala kelompok atau gerakan sosial keagamaan baru muncul pada tahun 1980an. Sebelumnya, Muslim perempuan Indonesia hanya mengenal “kerudung kapstok” yaitu busana muslimah tradisional yang populer dipakai di kalangan pesantren, madrasah, majlis taklim dan organisasi-organisasi Islam. Hingga tahun 2006 ini, sosok busana Muslimah Indonesia mengalami beberapa perkembangan yang menarik untuk dicermati dari aspek model, bentuk dan ruhnya.
Revolusi
Islam Iran tahun 1979 adalah pemicunya. Sejak itulah booming busana
Muslimah meledak di Indonesia. Revolusi Iran berdampak sangat kuat
terhadap kalangan terpelajar Islam di perkotaan. Umat Islam selama ini
merasakan bahwa mereka berada dalam hegemoni (dominasi politik dan
kebudayaan) Barat. Kebangkitan Islam dan suksesnya revolusi Islam Iran,
menjadi pendorong psikologis yang besar yaitu terbentuknya harga diri,
rasa hormat, kebanggaan dan identitas baru. Para perempuan Muslim di
Indonesia dan Malaysia, terutama para mahasiswa aktifis kampus seperti
dikejutkan dan disadarkan oleh wanita-wanita Iran. Betapa
membanggakannya wajah-wajah perempuan Iran yang cantik-cantik tapi
membungkus tubuhnya dengan busana Muslimah yang tertutup rapat, tetapi
menenteng senjata dan berhasil mengusir dominasi dan pengaruh Amerika
Serikat dari negaranya.
Memasuki
tahun 1990an kita menyaksikan kerudung dipakai oleh perempuan berkelas
dengan mengendarai mobil mewah, dipakai oleh pengusaha, artis
selebritis, pejabat negara, kaum profesional, aktifis sosial politik dan
seterusnya. Pada dekade ini pula para perintis parancang busana
Muslimah berkelas bermunculan seperti Anne Rufaidah, Ida Royani, Ida
Leman, Dewi Motik Pramono, Neno Warisman dan lain-lain. Butik-butik
mahal pun mulai menjamur seperti Shafira di Bandung dan Yayasan Karima
di Jakarta dengan harga ratusan hingga jutaan rupiah. Mereka ini
membentuk lingkungan simbolik baru sebagai kelas menengah Muslim. Tahun
1990an, Islam mengalami mobilisasi citra dari tradisional desawi ke
modern perkotaan.
Tapi,
karena perempuan-perempuan muda hidup di kota-kota besar dalam
lingkungan kultur global yang sangat westernized, sementara pendidikan
agamanya kurang, maka “seksi” dan “menarik” tetap menjadi pilihan banyak
perempuan muda. Seksi dan menarik adalah ikon-ikon kecantikan sekuler
yang selama ini membentuk cara berfikir para wanita muda dan remaja.
Maka lihatlah, kita menyaksikan sebuah “spesies baru” generasi perempuan
Islam yang “berbusana Muslimah” sangat khas: ketat mencetak badan,
lekuk-lekuk tubuh ditonjolkan, perut dan pinggang dipamerkan,
kadang-kadang (maaf!) celana dalam bagian belakang kelihatan sementara
kepalanya terbungkus kerudung. Model “busana Muslimah” generasi ini
persis seperti disinyalir dalam hadits Nabi: “berpakaian tetapi
telanjang!” Kaum pria yang matanya kreatif, jangan khawatir, Anda masih
berpeluang menikmati kepuasan birahi dari kelompok perempuan berkerudung
seperti ini.
Source : ikiunesa.com
0 komentar: